Kembali ke Sekolah: Strategi Membangun Kaderisasi Pelajar NU Berbasis Komisariat

Muhammad Afif Fudin Zuhri (Ketua PC IPNU Grobogan (2022–2024)

Di tengah derasnya arus globalisasi, disrupsi teknologi, dan gempuran ideologi transnasional, pelajar Nahdlatul Ulama (NU) di sekolah-sekolah tengah menghadapi tantangan besar dalam menjaga jati diri ke-NU-annya. Banyak dari mereka mulai tercabut akar ideologis dan kulturalnya, karena kurangnya pendampingan organisasi yang kuat di lingkungan sekolah.


Situasi ini menjadi alarm bagi IPNU dan IPPNU untuk bergerak cepat. Maka, lahirlah sebuah gerakan bertajuk “Back to School, Build the IPNU IPPNU Pool”—sebuah ajakan untuk kembali menjadikan sekolah sebagai basis utama kaderisasi pelajar NU, bukan sekadar tempat belajar akademik, tetapi juga kawah candradimuka untuk pembentukan karakter Aswaja sejak dini.


Mengapa Harus Sekolah?


Pelajar menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Di sinilah proses pembiasaan nilai-nilai, pembentukan karakter, dan pergaulan sehari-hari terjadi secara intensif. Maka, menjadikan sekolah sebagai ekosistem kaderisasi bukan hanya realistis, tetapi juga strategis. Komisariat IPNU dan IPPNU yang aktif di sekolah dapat menjadi wadah pembinaan yang terstruktur, seimbang antara intelektual, spiritual, dan ideologis.


Di tengah gempuran ideologi non-moderat yang menyasar pelajar melalui media sosial dan ruang digital, komisariat juga menjadi benteng paling awal dalam menjaga pelajar dari paham-paham ekstrem. Kegiatan kaderisasi, seperti Masa Kesetiaan Anggota (MAKESTA) dan Latihan Kader Muda (LAKMUD) dapat menjadi ikhtiar untuk menyelamatkan generasi muda dari disorientasi identitas.


Menjawab Mandeknya Kaderisasi Ranting dan PAC


Selama ini, proses kaderisasi IPNU IPPNU kerap bergantung pada struktur ranting atau PAC. Namun, tanpa pasokan kader dari sekolah, proses ini seperti membangun rumah tanpa fondasi. Basis komisariat menjadi jawaban untuk menjamin kontinuitas dan kualitas kader yang siap lanjut ke jenjang lebih tinggi, baik secara organisasi maupun intelektual.


Dengan komisariat yang hidup, IPNU IPPNU akan memiliki “kolam kader” (pool) yang luas dan siap panen. Mereka telah dibina sejak dini, mengenal organisasi dari dalam, serta teruji dalam kegiatan-kegiatan yang membentuk militansi, loyalitas, dan karakter kepemimpinan.


Gerakan Nasional, Bukan Lokal Semata


Gerakan ini bukan hanya program lokal di Grobogan,  namun respons terhadap amanat struktural dari PBNU, PP IPNU bersama PP IPPNU, hingga PWNU dan PW IPNU bersama PW IPPNU Jawa Tengah yang mendorong konsolidasi kaderisasi berbasis komisariat. Maka, apa yang dilakukan oleh PC IPNU dan IPPNU Grobogan bersama LP Ma’arif NU Grobogan, adalah bagian dari gerakan besar menuju kebangkitan pelajar NU.


Ketua LP Ma’arif NU Grobogan, H. Suyanto bahkan telah mengeluarkan surat edaran resmi yang meminta seluruh kepala sekolah MA/SMA/SMK di bawah naungan Ma’arif NU Grobogan untuk memfasilitasi pembentukan dan pembinaan komisariat sebagai sinyal kuat bahwa kaderisasi bukan sekadar wacana, tapi agenda bersama.


Lebih dari Sekadar Kaderisasi


Gerakan kembali ke sekolah juga menumbuhkan semangat berproses sejak dini. Dari komisariat, akan lahir jejaring alumni yang loyal dan siap menjadi mitra strategis organisasi di kemudian hari. Ini adalah investasi jangka panjang yang akan memperkuat posisi IPNU IPPNU sebagai laboratorium kepemimpinan NU masa depan.



Gerakan “Back to School, Build the IPNU IPPNU Pool” bukan sekadar slogan. Ia adalah strategi menyusun masa depan organisasi—dengan kembali ke tempat paling murni dan strategis dalam membentuk karakter sekolah. Tanpa komisariat, IPNU IPPNU akan berdiri di atas struktur formal tanpa ruh kaderisasi yang nyata.


Mari kita kuatkan barisan, hidupkan komisariat, dan bangun kolam kader yang sehat, militan, dan visioner. Dari sekolah, kita bangun peradaban. Dari pelajar, kita ciptakan pemimpin NU dan bangsa masa depan.


Penulis : Muhammad Afif Fudin Zuhri

Editor : Rubadi

Lebih baru Lebih lama
Post ADS 1